Skalaritas Cerpen kehidupan (karya mahasiswi fradiksi)
Judul: Detik jam di sudut kamar
Penulis: Syarifatul Lailiyah
Matahari pagi menunjukkan kehangatannya. Menyelimuti kerinduan yang semakin hari semakin membuncah saja. Rasanya penantian sekian lama tidak jua kembali pada pemilik rindunya. 364 hari semenjak perginya komandan negara itu. Dia bukan hanya komandan negara, tapi juga komnadan keluarga. Tugas negara harus diembannya hingga meninggalkan keluarganya. Namun semuanya memang butuh pengorbanan dan keikhlasan.
Setiap kali aku terbangun, aku hanya menatap jam di sudut kamarku. Aku hanya menanti suamiku pulang dan memeluknya. Dia berjanji untuk pulang setahun kemudian, dan hari ini tepat sehari sebelum janji suaminya. Ntah sudah berapa lama tidak mendengar suara serak dan tegas abdi negara itu. Namun aku harus tetap yakin bahwa penantianku akan berujung kebahagiaan.
Aku berdiri dari diamku yang sudah cukup lama menatap jam kamar itu. Aku ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah dari kamar mandi aku langsung ke dapur untuk masak untuk diriku dan suamiku yang mungkin akan menepati janjinya hari ini. Ya, keluargaku dan Dharma memang belum dikaruniai seorang anak, karena Dharma yang sudah setahun meninggalkanku untuk tugas negara setelah baru menikah denganku selama satu bulan. Mungkin untuk sebagian orang suaminya itu tega karena meninggalkan istrinya yang baru dinikahinya selama sebulan. Tapi bagi diriku suaminya itu termasuk pahlawan negara sekaligus pahlawan keluarganya.
“ Biar saya aja yang masak non” ujar seorang wanita yang sudah cukup berumur dari belakang punggungku yang sedang mengiris bawang
“ Tidak usah bii. Intan lagi pengin masak aja sekarang, siapa tahu mas Dharma pulang hari ini” jawabku sembari tersenyum menatap bibi yang sudah setahun menemaniku di rumah ini
“ Semoga saja den Dharma pulang hari ini ya non. Bibi kasihan lihat non yang tiap hari kelihatan murung sekali” ujar bi Asih seraya membalas senyumku
“ Saya tidak apa-apa kok bii. Saya sudah terbiasa ditinggal sendirian dari lahir” jawabku masih tersenyum samar sekali
Aku memang sudah yatim piatu sejak aku masih berumur 6 bulan. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan. Aku tidak menjadi korban karena saat itu aku dititipkan ke bibi dan pamanku oleh mereka. Aku hanya tinggal bersama kakek dan nenek setelah ditinggal kedua orang tuaku. Aku sudah terbiasa dengan kehilangan, tapi jika disuruh memilih aku tidak mau kehilangan lagi.
Aku bertemu dengan Dharma sejak aku masih kuliah semester 3, dan Dharma adalah seseorang yang sangat aku sayangi dan satu-satunya orang yang aku punya di dunia ini setelah kepergian kakek dan nenek setahun lalu. Aku juga bisa kuliah karena dapat beasiswa sampai lulus. Jika tidak karena beasiswa mungkin aku sekarang bekerja sebagai ART atau TKW seperti tetangga-tetangga di kampung.
“Ayo saya bantu non” ujar bi Asih memecahkan lamunanku pada kejadian semasa hidup yang tidak seberuntung orang lain
“ Eh iya bii. Ini udah hampir selesai kok bii” jawabku sedikit terkejut
Aku memasak dibantu bi Asih. Pembantu yang sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia. Bi Asih adalah asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh mas Dharma dari satu tahun yang lalu. Aku bersyukur sekali karena di rumah tidak sendiri selama mas Dharma pergi. Setelah beberapa menit kemudian masakan sudah siap di atas meja dan kamipun langsung bersiap duduk di kursi masing-masing.
“Assalamu’alaikum, sayanggg” suara seorang pria di ambang pintu membuatku dan bi Asih menoleh
“ Waa’alaikum salam, mas Dharma!!” jawabku histeris dan langsung berlari memeluk Dharma
“ Aku pulang. Aku nepatin janji” ujar Dharma seraya mengsusap kepalaku yang sudah menangis sesenggukan dipelukannya
“ Mas Dharma lama bangett. Aku nungguya udah lama. Aku kira aku bakal ditinggal lagi” jawabku masih erat memeluk Dharma
“ Nggak dong sayang. Aku ga bakalan tinggalin kamu” ujar mas Dharma menarik bahuku dari pelukannya yang sudah basah oleh air mata
“ Ayok makan dulu. Pasti mas belum makan” ujarku mempersilahkan mas Dharma itu ke meja makan
“ Pasti ini enak. Udah lama ga makan masakan kamu” jawab mas Dharma antusias
Akhirnya keluargaku kembali berkumpul dan makan dengan lahap, dengan kebahagiaan di setiap suapannya. Aku bahagia karena tuhan masih mengijinkan kami untuk bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. Selalu ada kejutan di setiap apa yang tuhan tetapkan. Meski harus ada air mata untuk mencapai puncak kebahagiaan sesungguhnya, takdir tuhan selalu membawa kita pada kebahagiaan yang kelak tidak ada henti-hentinya untuk membuat kita bersyukur berkali-kali.
BIODATA PENULIS
Holla, kenalin namaku Syarifatul Lailiyah kalian bisa manggil aku Sherly atau Ly aja gapapa ges. Aku lahir di Sumenep, tepatnya di desa Ellak Laok Kecamatan Lenteng pada tanggal 10 Oktober 2004 dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Miftahul Huda selama 14 tahun. Sekarang aku menjadi seorang mahasiswa semester 2 prodi Komunikasi Penyiaran Islam di Institut Agama Islam Negeri Madura yang berada di Pamekasan Jawa Timur. Ini karya kelimaku selama menjadi mahasiswa. Support aku terus ya guys biar aku selalu konsisten dalam menulis dan karyaku bisa dibaca banyak orang termasuk kalian semua. Thank you!!!
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar sesuai topik yang dibicarakan, gunakan kata-kata yang baik dan tidak mengandung sara, p*rn*gr*fi, dan sebagainya. Setiap komentar yang anda kirimkan akan sangat berharga bagi kami. Terimakasih!