MODERNISASI PENYEMBELIHAN HEWAN DI HARI RAYA IDUL FITRI



Hari Sembelihan Idul Fitri, atau yang dikenal sebagai Sampelliyen di Madura, adalah sebuah tradisi yang mengandung makna mendalam dalam budaya lokal. Ini adalah momen di mana masyarakat Madura berkumpul untuk merayakan akhir bulan Ramadan dengan berkurban hewan ternak, biasanya sapi atau kambing, dan membagikan daging kepada yang membutuhkan.

Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas, kepedulian, dan berbagi dalam masyarakat Madura. Melalui aksi berkurban, orang-orang menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah serta kesempatan untuk membantu sesama yang kurang beruntung. Sembelihan Idul Fitri juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antarwarga, keluarga, dan tetangga.

Selain aspek sosialnya, Sembelihan Idul Fitri juga memiliki dimensi religius yang kuat. Tindakan berkurban adalah bagian integral dari ibadah dalam Islam, mengingatkan umat akan kewajiban untuk memberikan bagi mereka yang membutuhkan serta mengorbankan sesuatu yang berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, dalam mengapresiasi tradisi ini, penting untuk memastikan bahwa praktik berkurban dilakukan dengan memperhatikan kesejahteraan hewan dan prinsip-prinsip kebersihan. Pengawasan yang ketat terhadap proses penyembelihan dan distribusi daging juga penting untuk mencegah penyimpangan dan memastikan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Sampelliyen adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Madura yang kaya dan patut dipertahankan serta dihargai. Tradisi ini tidak hanya menguatkan nilai-nilai sosial dan keagamaan, tetapi juga memperkaya warisan budaya Indonesia secara keseluruhan.


Tradisi Menyembelih Ayam di Pulau Madura: Mempertahankan Warisan Budaya dan Mengokohkan Ikatan Sosial

Pulau Madura, dengan segala keunikan dan kekayaan budayanya, memiliki tradisi yang sangat menarik untuk dikaji. Salah satu adat istiadat yang paling terkenal adalah penyembelihan ayam pada akhir puasa Ramadan untuk dinikmati bersama keluarga dan tamu.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama bahkan mungkin sejak zaman dahulu kala nenek moyang masyarakat Madura. Bagi mereka, menyajikan daging ayam kepada keluarga serta tamu merupakan sebuah upacara yang sakral dan sarat makna.

Pada hari terakhir puasa Ramadan, warga Madura akan memotong ayam-ayam yang telah dipersiapkan sebelumnya. Daging tersebut kemudian dimasak menjadi hidangan lezat seperti opor ayam, ayam santan, ayam bumbu kuning, ayam kecap bawang, ayam golek atau pun songkem; Hidangan ini tidak hanya disajikan bagi kelurga tetapi juga bagi para tamunya. Memberikan hidangan kepada pengunjung merupakan bentuk penghormatan serta keramahtamuhan dalam pandangan orang Madura.

Menerima tamu dengan baik serta memberikan hidangan terbaik bukanlah hal baru bagi warga madura karena itu merupakan kewajiban sosial maupun agama sehingga mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya kuat dari suku tersebut.

Selain itu tradisi ini juga memiliki makna mendalam bagi warga madruga. Penyembelihan hewan kurban sebagai rasa syukur atas ibadah puasa Ramadan menjadi cara melestarikan ikatan sosial antar anggota masyarakat. Di dalam tradisi ini ada nilai-nilai gotong royong solidaritas saling berbagi yang sangat besar di mana setiap orang dapat menikmati hidangan bersama-sama sambil saling membantu sesama yag kurang mampu.

Penyambutan Tamu dengan baik melalui penyediaan sajian utama seperti daging Ayam pada saat ramadan menjaga warisan budaya lokal sebagai identitas khas dari pulau madura agar tidak hilang oleh arus modernisasi globalisasi masa depan sehingga generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai spiritual-sosial-budaya termuat dalam adat istiadat tersebut guna menjaga serta mempertahankannya demi generasi selanjutnya.


Penyembelihan secara etimologis berarti memotong, membelah, atau membunuh suatu hewan. Menurut Isti'lah ialah memutus jalan makan, minum,nafas,& urat nadi pada leher hewan dengan alat tajam, selain gigi,kuku,tulang, dan sesuai syariat atau dari pengertian yang lain bisa di katakan bahwa Menyembelih dalam syariat Islam adalah langkah melenyapkan ruh binatang dengan cara memotong leher kerongkongan dan tenggorokan serta dua urat nadi dengan alat yang tajam, kecuali gigi dan tulang atau cara lain yang dibenarkan oleh syariat Islam. Dalam Al Quran Surat Al Hajj ayat 34 dan 35

Artinya: “Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak " penyembelihan di katakan sah apalagi di dalam nya menyebut nama Allah, apalagi tidak maka hukum penyembelihan Itu tidak sah karena nanti nya akan di hukumi menjadi bangkai. 

Dalam tradisi Islam banyak sudah di kalangan masyarakat baik itu di pedesaan ataupun perkotaan yang melakukan penyembelihan hewan berupa sapi, kambing ataupun ayam untuk di jadikan hidangan di Saat hari raya idul Fitri. Momen ini sudah ada sejak zaman dahulu. Penyembelihan ini biasanya di lakukan Satu hari sebelum hari raya idul Fitri dan ada di sebagian desa desa Yang melakukan penyembelihan ini dengan sistem sumbangan misalkan dua ratusan maka beberapa orang ikutan menyumbang dan di beli sapi seharga uang yang sudah terkumpul tersebut dan setelah di sembelih daging nya di bagi rata kepada si penyumbang itu. Hal tersebut bisa di katakan saling menguntungkan Karena daging yang di peroleh lebih banyak ketimbang membeli di pasar pasar karena dalam sistem sumbangan seperti itu nanti akan di bagi rata , di sisi lain ada kemanfaatan yang di peroleh salah satunya terjalinnya hubungan sosial yang sangat erat karena waktu penyembelihan tersebut orang orang pada menunggu untuk pembagian dagingnya sehingga pada saat itu pula ada interaksi antar sesama.tujuan daging tersebut di masak pada hari itu dan besok nya pas hari raya idul Fitri di anterin ke tetangga dan juga ke mosolla mosolla setempat.


Kesimpulan/hikmah 

Penyembelihan hewan kurban pada Hari Raya Idul Fitri merupakan tradisi penting dalam agama Islam yang dilakukan sebagai bagian dari ibadah dan penghormatan kepada Allah SWT. Proses ini dilakukan untuk mengenang peristiwa ketika Nabi Ibrahim (AS) bersedia mengorbankan putranya Ismail (AS) atas perintah Allah. Namun, Allah kemudian menggantinya dengan seekor domba sebagai pengganti.

Penyembelihan kurban biasanya dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah, di hari raya Idul Adha, yang merupakan salah satu dari dua hari raya besar dalam agama Islam. Hewan yang biasanya disembelih adalah domba, sapi, atau kambing yang sehat dan layak untuk dikorbankan. 

Proses penyembelihan dilakukan dengan cara menyebut nama Allah sambil menyembelih hewan tersebut secara tegas dan memastikan proses tersebut dilakukan dengan cara yang manusiawi, yaitu dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menyebabkan kematian secepat mungkin tanpa menyebabkan penderitaan yang tidak perlu bagi hewan tersebut.

Daging hasil penyembelihan kurban kemudian dibagikan kepada keluarga sendiri, tetangga, dan yang membutuhkan sebagai bagian dari ajaran keagamaan untuk berbagi rezeki kepada sesama yang lebih membutuhkan. Ini juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama.


Penulis: 

Ahmad Muafi Siddiq Prodi (TBIN)

Muhammad ilzam prodi (TBIN)

Arinal Haq Fauziah prodi (BKPI)

Ahmad Ubaidillah prodi (ilha)

Masti yanto prodi (PAI)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan buku tabungan 300 penerima beasiswa Kip-k 2024

Pembekalan Training New members of Bidikmisi kip-k 2024

Opening Ceremony Train B Kip-k 2024