OLEH-OLEH DARI PENS
ENERGI POSITIF MENULAR
Oleh: Ali Chaidar

Halo mahasiswa! Segala puji bagi tuhan kita dapat bersua di negeri kertas ini. Pastinya selalu ada perasaan bimbang bagi mahasiswa . Apa yang akan dikerjakan setelah lulus kuliah. Ada beberapa opsi yang menjadi pilihan ketika sampai masa sarjana S1. Ada jalan bekerja, ada jalan melanjutkan studi S2, dan pilihan ketiga adalah pengangguran. Pilihan yang ketiga sangat mengerikan bagi umumnya mahasiswa, pasalnya mahasiswa menaggung beban moral di mata masyarakat.
Mahasiswa adalah agen of change. Jika melihat arti semboyan ini secara mendalam, kita akan tahu bahwa ada tekanan batin saat dibenturkan dengan paradigma masyarakat awam. Sering terngiang perkataaan” sudahlah gak usah kuliah ujung-ujungnya kuliah jadi kuli to!’. Pandangan seperti itu membuat mahasiswa semakin ketar-ketar ketir memikirkan perannya dalam bersosial. Walaupun pada kahikaktnya rasa ini tak selayaknya dipelihara oleh orang yang berilmu.
Menyikapi permasalahan di Atas, Alhamdulillah
ada empat orang dari STAIN Pamekasan bisa menjadi perwakilan untuk mengahdiri
undangan sebuah pencerahan mindset di PENS. Dan patut disyukuri dengan mendalam
kita dipertemukan dengan dua pemateri penuh gairah dan menggairahkan. Mereka
adalah mas Dudus, Oleh Imam Muttaqin, Dan Surya Adi Wijaya. Mereka memberikan
beberapa tips yang dapat kita rangkum sebagai berikut.
Kali ini kita
akan berbagi tips-tips yang bisa mengobati tantangan seperti tersebut diatas.
1.
Energi Positif Itu Menular Dan Perlu Dipertahankan
Alangkah baiknya
masing-masing dari mahasiswa rajin menyapa dan tersenyum pada mahasiswa lain
dalam batas wajar. Sungguh itu akan menjadi energi yang positif yang akan
menular di sanubari masing-masing mahasiswa. Hal ini sangat bersesuaian dengan
hadist Nabi Muhammad bahwa jika kesejahteraaan ingin digapai, maka umat harus
menebar salam diantara mereka. Secara tekstual salam adalah ucapan Assalamu
alaikum. Mamun, dalam konteks yang sama redaksi yang lain bisa digunakan
sebagaia sapaan. Namun mungkin menurut sebagian ulama telah kelauar dari ajaran
Nabi. Terserah kita mau memakai yang mana, enatah salam atau sapaan lain,
intinya yang mutlak adalah perilaku menyapa.
Dari sapaan ini kita
dapat mengambil hikamah bahwa suasana gembira dapat ditularkan sedemikian rupa dengan
berbagai cara dan metode. Seniman mengekspresikan dengan karya. Sastrawan
dengan frasa. Buadyawan dengan perilaku, dana agamawan dengan syariat. Sebagai
mehasiswa semester akhir perlulah unutk mencari lingkungan yang mendukung pada
mindset yang baik dan membangaun. Hindari lingkungan destrukstif di masa
kesemrawutan berfikir.
Demikian bagi
bahasiswa yang dirundung rasa khawatir, pergilah ke lingkungan yang cerah,
positif, dan mendukung sepenuhnya pada kebaikan dan kesejahteraan.
2.
Jadikan Ancaman Sebagai Peluang Dan Masalah Menjadi Tantangan
Seringkali orang
biasa menganggap sebuah masalah sebagai ancaman. Namun orang besar memiliki
pola yang berbeda saat berfikir. Orang besar akan menganggap masalah menjadi
tantangn yang mengasyikan. Orang besar sadar aakan hakikat kehidupan. Hidup
bukan akhir dari segalanya. Masih ada ranah kehidupan abadi yang jauh lebih
serius dan penuh pertanggung jawaban. Dengan kesadaran yang seperti itu orang
besar akan santai menghadapi sebuah masalah. Perilahal yang cenderung serius
dan rumit bagi orang pecundang menjadi ringan dan santai bagi orang besar
(bukan dalam artian enteng). Sedemikian mereka enjoy dengan kehidupan mereka,
menikmati dengan rasa hikmah. Dalam kondisi itu orang besar mudah menemukan
jalan dan solusi.
3.
Hindari Mencaci Dan FOKUS CARI Solusi
Seringkali
kita menghujat waktu, orang, dan apa saja sesuka kita pada saat dirundung
masalah. Kita beranggapan bahwa tuhan tidak adil, bos tidak mendukung, waktu
mulai menusuk, dan berbagai perasaan negatif lain. Ini jelas menjadi penyakit
bagi orang yang pecundang. Kenyataannya mengapa anak kecil selalu berbahagia
dan tenang? Mereka tidak memiliki sama sekali buruk sangka dan sifat menghujat,
apalagi melaknat. Mereka akan menangis saja tanpa ada persepsi buruk terhadap
waktu.
Selayaknya
manusia yang dilengkapi dengan hati sanubari, pantaslah untuk berfikir berulang
kali demi tergapainya solusi. Memang kadang kala tak semudah berjalan di padang
rumput. Sehingga pikiran menjadi tumpul sebab ada tekanan batin. Sungguh itu
penderitaan yang tiada tara.
Namun
orang arif memiliki caranya tersendiri. Mereka merubah suasana hati yang
cenderung membusuk menjadi garis start baru. Solusi mereka saat gagal total
adalah menarik garis start setebal mungkin demi lompatan yang akan menggemakan
sorak raya penonton. Semua hal yang terjadi dirubah menjadi solusi. Kegagalan
menjadi start semangat baru, dan keberhasilan adalah start baru peningkatan dan
pengembangan. Mereka hebat dan diberi karunia yang agung.
Ockey
guys....selamat menata mindset
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar sesuai topik yang dibicarakan, gunakan kata-kata yang baik dan tidak mengandung sara, p*rn*gr*fi, dan sebagainya. Setiap komentar yang anda kirimkan akan sangat berharga bagi kami. Terimakasih!